Bagaimanakah Cara Kerja Sistem Transmisi Otomatis CVT
Sistem Transmisi Otomatis CVT – Jaman semakin maju membuat para insinyur otomotif untuk selalu mengembangkan dan memperbaharui sistem dan teknologi yang akan digunakan untuk membantu mempermudah dan membuat nyaman para pengguna kendaraan saat ini. Dengan menggunakan transmisi matic, akan membuat pengendara semakin nyaman dan tidak mudah Lelah apalagi saat di gunakan di area yang selalu terjadi macet. Tak heran saat ini banyak di sukai oleh para kaum hawa. Kali ini admin akan membahas Cara Kerja Sistem Transmisi Otomatis / CVT yang sering digunakan di kendaraan kendaraan masa kini. langsung saja,..
1. Pengertian CVT
Sistem Continously Variable Transmission (CVT), adalah sistem otomatis transmisi yang dipasang pada sepeda motor atau mobil. Sistem ini bekerja dan menghasilkan perbandingan reduksi secara otomatis sesuai dengan putaran mesin. Tanpa memindah transmisi system ini akan menghasilkan putaran yang di salurkan ke penggerak roda dari putaran mesin. Dengan begitu pengendara terbebas dari kegiatan pemindahan gigi transmisi saat berkendara sehingga lebih nyaman. Kali ini kita abahas mengenai sistem transmisi otomatis / cvt pada motor Mio, Spin, Vario, dan motor matic sejenisnya.
Sistem Transmisi otomatis ini menggunakan mekanisme V-belt tersimpan dalam ruangan sebagai penyambung penggerak dari kinerja mesin ke roda, yang dilengkapi dengan sistim pendingin yang akan mengurangi panas yang timbul karena gesekan yang diharapkan akan membuat sparepart ini akan tahan lebih lama. Sistim aliran pendingin pada V-belt ini di desain dengan sedemikian rupa supaya terhindar dari debu, kotoran dan air.
2. Kelebihan Utama Dari sistim tansmisi CVT
Sistim CVT dapat memberikan perubahan putaran atau kecepatan dan perubahan torsi dari mesin yang disalurkan dari mesin transmisi matik melalui V-belt ke roda belakang. Dengan perbandingan ratio yang sangat tepat dan halus tanpa memindah gigi rasio Karena system ini menggunakan system sentrifugal, sehingga tanpa repot repot melakukan pemindahan gigi transmisi seperti pada motor transmisi konventional. Dan dengan system ini hentakan torsi petama saat memasukkan gigi transmisi tidak akan terjadi yang biasa timbul pada pemindahan gigi pada mesin-mesin konventional. Perubahan kecepatan sangat lembut dengan kemampuan kenaikan kecepatan atau putaran yang sangat baik. Sistim CVT terdiri pulley primary dan pulley secondary yang terhubung antara mesin dan V-Belt yang akan di teruskan ke roda penggerak.
Rangkaian Sistem Penggerak Pada CVT
- Poros engkol yang langsung terikat dengan pulley primary yang di kaitkan dengan V-belt yang akan memutar pulley secondary.
- Penggerak Roda belakang yang berhubungan dengan V-belt akan berputar setelah mesin hidup dan dengan gaya sentrifugall saat rpm di antara 2500-3000 akan mulai menggerakkan pulley secondary yang akan berputar dan terhubung langsung dengan V-Belt.
- Terdapat dua tahapan reduksi dari gaya sentrifugal yang menghasilkan putaran pada rumah kopling dan di reduksi lagi melalui roda gigi perantara (gearbox), yang akan menghasilkan putaran tinggi yang di teruskan V-Belt ke roda belakang.
3. Konstruksi dan Fungsi CVT
Adapun sistem transmisi otomatis terdiri dari 2 bagian, yaitu :
A . Bagian Pulley Primary (Pulley Pertama)
Pada bagian poros engkol terdapat collar yang dikopel manjadi satu dengan fixed sheave (F sheave), ini adalah bagian pulley yang diam. Kemudian sliding sheave (S sheave) piringan pulley yang dapat bergeser terdapat pada bagian collar.
Untuk menarik dan menjepit V-belt terdapat rangkaian slider section agar V-Belt terpasang dengan baik yang berfungsi untuk meneruskan putaran ke bagian roda. Piringan pulley yang dapat bergeser (S sheave) akan menekan V-belt keluar melalui pemberat (roller weight) karena gaya centrifugal saat mendapatkan putaran mesin yang cukup dan menekan ” S ” sheave sehingga bentuk pulley akan menyempit mengakibatkan diameter dalam pulley akan membesar.
B . Bagian Pulley Secondary (Pulley Kedua)
Terdiri dari piringan yang diam ( fixed sheave ) berlokasi pada as primary drive gear melalui bearing dan kopling centrifugal (clutch carrier) terkopel pada bos di bagian fixed sheave. Sliding sheave atau Piringan pulley yang dapat bergeser akan menekan V-belt ke piringan yang diam (F sheave ) melalui tekanan per.
Rumah kopling terikat menjadi satu dengan as drive gear. Pada saat putaran langsam atau stasioner kopling centrifugal terlepas dari rumah kopling sehingga putaran mesin tidak diteruskan ke roda belakang. Akan tetapi jika putaran makin tinggi kopling sentrifugal akan menempel dengan rumah kopling yang akan di teruskan V-belt ke roda penggerak.
4. Cara Kerja Sistem Penggerak CVT
A. Putaran Langsam (stasioner)
Pada saat putaran idle atau stasioner, daya putar dari poros engkol diteruskan ke Pulley Primary – V-belt – Pulley Secondary – dan Kopling Centrifugal.
Kopling centrifugal akan mengembang pada putaran mulai 2500rpm maka jika masih posisi stasioner kopling sentrifugal tidak akan meneruskan putaran ke Roda.
Saat putaran idle atau stasioner gaya tarik per pada kopling masih lebih kuat dari gaya centrifugal, sehingga kopling centrifugal tidak menyentuh rumah kopling dan tidak akan meneruskan putaran keroda belakang.
B. Saat Mulai Berjalan
Pada saat putaran mesin Mencapai 2500 – 3.000 rpm, maka gaya centrifugal bertambah kuat dan akan mengalahkan tarikan per sehingga mengakibatkan kampas kopling akan menyetuh rumah kopling dan mulai terjadi tenaga gesek yang akan diteruskan menjadi tebaga putar. Dalam kondisi ini V-belt di bagian pulley secondary pada posisi luar (besar) di bagian pulley primary pada posisi diameter dalam (kecil), yang akan menghasilkan putaran / torsi yang akan diteruskan ke roda belakang. Kopling akan terkopel penuh pada putaran 4.600 ke 5.200 rpm
C. Putaran Menengah
Pada saat putaran bertambah makin tinggi, pemberat pada pulley primary mulai bergerak keluar karena gaya centrifugal dan menekan primary sliding sheave (yakni piringan pulley yang dapat bergeser) system fixed sheave (piringan pulley yang diam) dan akan menekan V-belt kelingkaran luar dari pulley primary sehingga menjadikan diameter pulley primary membesar dan menarik pulley secondary ke diameter yang lebih kecil.
Karena panjang V-beltnya tetap. Akhirnya diameter pulley primary membesar dan diameter pulley secondary mengecil sehinggga diameter pulley menjadi sama besar. Kemudian pada akhirnya putaran dan kecepatan juga akan bertambah cepat.
D. Putaran Tinggi
Pada saat putaran mesin tinggi, maka gaya keluar pusat dari pemberat semakin bertambah. Sehingga akan membuat semakin menekan V-belt ke bagian sisi luar dari pulley primary (diameter membesar) dan diameter pulley secondary semakin mengecil. Selanjutnya akan menghasilkan perbandingan putaran yang semakin tinggi
Jika pulley secondary semakin melebar , maka diameter V-Belt pada pulley semakin kecil. Sehingga menghasilkan perbandingan putaran yang semakin meningkat dan semakin cepat.
Demikian ulasan mengenai Cara Kerja Sistem Transmisi Otomatis / CVT. Kurang dan lebihnya mohon maaf akan selalu di update oleh admin jika ada info terbaru…